Sejarah Public Speaking
Public Speaking – Definisi dan Ruang Lingkup
Public Speaking dapat diartikan sebagai kegiatan berbicara di depan orang banyak (umum). Istilah Public Speaking ini baru dikenal sekitar 30 tahun yang lalu, sebelumnya banyak orang yang lebih mengenal istilah-istilah seperti pidato, retorika, sambutan dan sebagainya.
Ruang lingkup dari public speaking itu sendiri adalah semua kegiatan berbicara dengan orang lain (baik 1 orang atau lebih), interaktif ataupun tidak dan dilakukan secara formal (suasana yang dibuat resmi), seperti pidato, sambutan, orasi, mengajar, presentasi, meeting, wawancara kerja (interview), debat dan sebagainya. Kata kuncinya adalah dilakukan secara formal dan di depan orang lain.
Sejak kapan istilah public speaking diperkenalkan ke masyarakat?
Kegiatan Public Speaking pada hakekatnya telah terjadi dan dilakukan sejak zaman dahulu kala. Sejarah mencatat, bahwa ahli public speaking pertama di muka bumi ini adalah Nabi Nuh Allaihisallam (Noah). Kenapa bukan nabi Adam Allaihisallam? jawabannya adalah ketika Nabi Adam turun ke bumi, beliau hanya berhadapan dengan istrinya Siti Hawa (Eve) sehingga suasana menjadi tidak formal (bukan public speaking), begitu juga ketika anak cucu beliau hadir di dunia secara bertahap, walaupun banyak orang, akan tetapi kegiatan secara keseluruhan tetap berlangsung non formal.
Sekitar 1000 tahun kemudian setelah Nabi Adam barulah masyarakat terbentuk. Pada saat Nabi Nuh diutuslah kegiatan Public Speaking ini terlaksana, yaitu mengajarkan umat manusia kembali kepada kebenaran Illahi. Pada saat ini Nabi Nuh mulai menyakinkan umat (masyarakat) nya, menyakinkan dan menyampaikan kabar gembira. Bahkan sampai beliau menyakinkan umatnya akan ada banjir bah yang sangat dashyat di muka bumi. Beliau mengumpulkan umatnya dan mulai ber-orasi, pidato, ceramah, bedebat, menjadi motivator dan apapun namanya demi menyakinkan umatnya.
Setelah Nabi Nuh, kegiatan public speaking ini pun berlanjut secara estafet ke nabi-nabi berikutnya dan umat yang dipimpin setiap nabi pun semakin banyak. Sejarah mencatat bagaimana Nabi Ibrahim Allaihisallam (Abraham) menyakinkan penguasa di zamannya akan kebenaran Illahi, begitu juga dengan Nabi Musa Allaihisallam (Moses) dengan 10 perintah-NYA, sampai kepada Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam dengan Al-Quran. Bayangkan bagaimana para nabi berdiri di atas bukit menyeru umat nya dengan mengelegar, lembut ketika menasehati dan tegas ketika menyampaikan wahyu, bukankah mereka adalah ahli dalam public speaking? Jawabannya tentu saja benar.
Lalu apa Perbedaan antara manusia biasa dengan seorang nabi? Nabi memiliki kemampuan dan keahlian Public Speaking dengan campur tangan ALLAH (Sang Pencipta), artinya tanpa perlu belajar terlebih dahulu, beliau telah dianugerahkan kemampuan tersebut. Selain Nabi tentunya harus benar-benar mempelajari ilmu tersebut.
Sejak kapan Ilmu Public Speaking masuk ke ranah ilmu yang dipelajari?
Menelusuri sejarah Public Speaking akan sangat berhubungan dengan sejara filsafat, keduanya saling berhubungan satu sama lain karena filsafat disampaikan secara oral. Di mulai dari sekitar 500 SM, Bapak Filsafat pertama Yunani yang bernama Socrates harus menyampaikan pikiran filsafatnya secara Public Speaking. Anak-anak muda pada zaman itu ingin sekali menjadi pembicara yang hebat seperti beliau sehingga dibuatlah pelatihan Public Speaking, sampai saat ini dapat kita lihat bersama bukti sejarahnya berupa reruntuhan auditorium. Di sanalah beliau mengajarkan teknik-teknik berbicara didepan orang banyak (Public Speaking).
Ilmu Public Speaking dari masa ke masa
Kegiatan ini dilanjutkan secara terus menerus dan estafet sampai kepada murid dari Scorates, yaitu Plato yang hidup sekitar 427 – 347 SM, lalu estafet sampai ke tangan Aristoteles, beliau mulai menjabarkan syarat-syarat public speaking yang dikenal sampai saat ini, yaitu :
- Ethos (Credibility & Confidence), yaitu kredibilitas dan kepercayaan diri = Kredibel artinya mempunyai kemampuan dan wawasan yang luas dan dibantu dengan kepercayaan diri dalam menyampaikan wawasannya
- Logos (Logic & Languange) yang diartikan sebagai logis dan kemampuan bahasa = Pembicara harus menyampaikan dengan logis (mudah dimengerti), sehingga kemampuan berbahasa sangat dibutuhkan
- Pathos (Emotional Involvement) yang berarti keterlibatan emosi = Kedua hal diatas harus diikuti oleh keterlibatan emosi, bukan berarti marah-marah dan sebagainya, tetapi emosinya bisa menggugah orang yang mendengarkannya
Setelah Aristoteles, estafet ini diteruskan oleh muridnya, Marcus Tullius Cicero yang hidup antara 106 SM – 43 SM), beliapun mengembangkan prinsip Aristoteles menjadi 5 pilar, yaitu :
- Inventio (Argumentation & Knowledge Background) = Wawasan yang luas
- Disposito (Conditional & Situational) = Kondisi dan situasi
- Elucotio (Easy to Understand) = mudah dimengerti
- Memoria (Powerful Memory) = mudah diingat
- Pronuntiatio (Intonation, Pronuntiation, Body Languange, Pitch) = suara yang jelas dan bahasa tubuh yang tepat
Setelah masa kejayaan Yunani, maka tibalah masa kegelapan yang dalam sejarah dikenal dengan Dark Age, pada saat itu kita semua tahu bahwa peran Gereja menyebabkan mundurnya ilmu pengetahuan, perang di mana-mana, penindasan dari penguasa dan sebagainya.
Dengan adanya hal-hal seperti peperangan, perdagangan dan sebagainya, terjadilah transfer ilmu pengetahuan dari Yunani ke Timur Tengah, di sini berpadulah ilmu tersebut dengan Bahasa Arab yang memiliki nilai sastra tinggi, lalu terbentuklah kelimuan dalam bentuk lain. Contohnya jika di Yunani dikenal sebagai Retorika, di Arab menjadi Al- Balaghah atau Seni Berbicara. Ilmu ini dirintis oleh seorang Khalifah (pemimpin) yang bernama Abdullah bin Mu’taz bin Mutawakkil al-Abbasiya (Wafat: 296 Hijriyah). Al- Balaghah sendiri terdiri dari 3 cabang yang jika dijabarkan sangat banyak sekali, yaitu :
- Ma’ani
- Bayan
- Badhii’
Menyebarlah ilmu Public Speaking ini sampai ke sekolah-sekolah (madrasah) di Timur Tengah sehingga melahirkan orang-orang besar sepanjang sejarah. Seperti Imam 4 Mazhab , Tariq ibn Ziyad, Salahuddin, Muhammad al-Fatih dan lainnya.
Seiring dengan perkembangan laju dakwah Islam yang pesat, ilmu public speaking inipun tersebar hampir ke seluruh dunia, lalu bersamaan dengan arah sejarah dunia, lahirlah banyak orang-orang terkenal dengan kemampuan public speaking mumpuni pada zamannya, seperti Nelson Mandela, Adolf Hitler, Buya Hamka, Soekarno dan lainnya.
Penutup
Saat ini seperti kita ketahui bersama, banyak perusahaan-perusahaan yang membutuhkan PR (Public Relation) dengan kemampuan ilmu Public Speaking yang baik, begitu juga dengan Politikus, Pejabat Negara, Pembawa berita di televisi, penyiar radio, dosen, guru dan sebagainya. Ilmu ini telah menjadi cabang ilmu tersendiri di Universitas dan sekolah-sekolah. Sampai saat ini Public Speaking telah banyak berkembang dan mengakar di berbagai bidang keilmuan, seperti halnya seorang dokter yang secara tidak langsung juga harus mempelajari ilmu ini untuk berbicara kepada pasiennya.
Lihat juga :
Comments
mcmahel
Mantap!
sec
Thanks Bro, tolong dikasih masukan kalau ada kata dan urutan yang salah ya
Ibnu Umar
Cukup informatif. Menambah wawasan. Tetima kasih.
sec
Sama-sama dengan senang hati Pak
Hariman
Sangat informatif. Terima kasih hariman
sec
Kami yang berterimakasih Pak Hariman, bagaimana kabarnya Pak, apakah sehat sekeluarga?
Niko
Good job
sec
Thank you verymuch Mr. Niko 🙂
alex
mantapp mr. andi, tanpa skill ini sulit rasanya utk bisa berkembang 👍
sec
betul Mr.Alex , pada dasarnya semua manusia sudah dibekali koq, yukkss kitatingkatkan bersama
Inka
Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut atau mau mendaftar kelas-kelas Public Speakingnya langsung ke hotline Senopati Center aja ya