Relasi Positif orang tua dan anak
Dear all
Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas bagaimana relasi positif secara umum, maka sekarang akan kita jabarkan bagaimana cara membina :
- Relasi Positif Orang Tua dan Anak
- Relasi Positif Guru Pendidikan Formal dan Anak
- Relasi Positif Guru Pendidikan Non Formal dan Anak
- Relasi Positif Anak dan lingkungan sekitarnya
- Relasi Positif Orang Tua dengan Guru Pendidikan Formal, Non Formal dan lingkungan sekitarnya.
Jika kita putar dan putar lagi, maka semua dasar pengembangan relasi di setiap kehidupan akan terbagi menjadi 5 dasar yaitu :
- Membangun Relasi Positif
- Memahami Orang Lain
- Memudahkan Mengerti
- Mengembangkan Kerjasama
- Menemukan Solusi Bersama
Relasi Positif Orang Tua dan Anak
Pemuda dan Pemudi kita memerlukan soft skill, hal ini sesuai dengan Visi Kementrian Pendidikan Nasional untuk tahun 2025, yaitu menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif. Yang dimaksud dengan Insan Cerdas adalah Insan yang komprehensif, yaitu Cerdas Spritual, Cerdas Emosional, Cerdas Sosial, Cerdas Intelektual dan Cerdas Kinetis. Untuk mencapai hal ini maka harus dimulai dari orang tua.
Naluri Orang tua adalah berkah bagi anak. Teori demi teori telah dilahirkan seiring dengan kesuksesan orang tua dalam mendidik anak dari zaman dahulu kala. Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak akan terbawa di bangku sekolah, universitas, dunia kerja dan masa tua hingga meninggal dunia. Secara garis besar fondasi yang harus dibangun oleh orang tua dalam mendidik dan membangun relasi positif dengan anak adalah :
- Tekankan hati kita untuk membangun dan menjaga komunikasi positif. Untuk membina komunikasi positif dibutuhkan kerterkaitan hati. Tentunya sama-sama kita ketahui bahwa di era serba canggih saat ini hampir setiap individu di keluarga sibuk dengan gadjet dan dunianya sendiri. Kerasnya laju ekonomi juga sering memaksa kedua orang tua baik bapak ataupun ibu bekerja keras mencari rezeki. Durasi pertemuan keluarga sering termakan oleh waktu. Jika ini yang teman-teman rasakan segera ambil langkah untuk berubah. Pola pikir harus kita perbaiki. Mari kita bertanya kepada diri sendiri apakah kita bekerja mencari uang atau bekerja untuk membangun keluarga? jika jawabannya kita bekerja untuk anak, maka cobalah bertanya kembali apakah yang anak butuhkan? Investasi pendidikannya atau kasih sayang? lalu gali lagi pertanyaannya, apakah investasi pendidikan ini akan berarti bagi anak dengan sedikit kasih sayang? apakah komunikasi yang sangat minim di dalam rumah akan menyebabkan si anak tidak bahagia dalam menggapai cita-citanya? Jika kita telah membulatkan hati maka jalan keluar akan semakin mudah didapat.
- Luangkanlah waktu kepada anak setiap hari, mulai ketika dia mau tidur, makan pagi bersama, akan sangat bagus jika kita bisa meluangkan waktu untuk makan malam bersama dan yang lebih penting lagi adalah beribadah bersama. Setelah itu jangan lupa waktu libur kita, ingat kita mencari uang untuk investasi anak dan investasi itu harus dibungkus dengan kasih sayang. Tidak harus juga kita memboroskan uang untuk berlibur ke tempat yang mahal, intinya adalah melakukan hal yang positif dan membangun kerjasama, ajak anak kita berdiskusi kemana sebaiknya berlibur, perdebatan akan semakin membuat anak pandai. Ajarkan anak kita bagaimana cara bekerjasama mencari solusi. Jangan takut berdebat dengan anak, arahkan ke arah perdebatan yang positif. Komunikasi yang lancar akan memudahkan kita untuk mendekatkan hati kepada anak, kita bisa menggali anak dari cerita tentang kejadian di tempat kerja kita yang lucu, lalu galilah anak untuk menceritakan kejadian di sekolahnya, jangan terlalu banyak menggurui anak, tapi berkomunikasilah dengan menggunakan hati. Anak juga butuh didengar.
- Orang tua yang baik di zaman sekarang adalah pendengar yang baik bukan yang banyak menggurui. Percaya atau tidak, hal ini akan membuat anak selalu terbuka dengan kita sampai dia beranjak dewasa, bahkan sampai dia sudah menikah nanti.
- Rahasia sukses Masakan ibu , percayalah, apapun itu, walalupun sebenarnya masakan standar tetapi jika dimasak dengan hati maka si anak akan selalu ingat pulang, bahkan ketika dia telah berumah tangga nanti. Masakan Ibu atau mungkin Bapak yang pandai memasak mempunyai magnet tersendiri dalam menjaga kerkaitan hati orang tua dan anak.
- Hormatilah keputusan anak. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan diri anak, tetapi terkadang banyak yang terlalu berlebihan. Ada perbedaan kasus disini. Jika kita selalu menuruti keinginan anak demi menghormati keputusan mereka jelas salah. Seperti misanya kita selalu membiarkan anak makan “junk food” setiap hari, tentunya harus kita rem, berikan mereka argumen yang tepat, tidak masalah jika si anak pada akhirnya marah, rayulah kembali dan beri pengertian yang sesuai dengan dunia mereka. Jika keputusannya tidak merugikan kesehatannya dan masih masuk akal dan sesuai dengan kondisi kita, kenapa tidak? bahkan pujilah mereka dengan keputusannya. Sebagai contoh si anak mau ikut olahraga tinju, jangan dilarang dengan alasan nanti bibirnya berdarah, bukankah bela diri adalah hal positif? Termasuk, memilih baju yang tidak matching! hormati keputusan anak memilih. Selain akan membangun rasa hormat pada kalian selaku orang tua, cara ini akan membuat anak percaya diri pada pilihannya dan belajar menjalankan konsekuensi dari pilihannya itu. Selebihnya teman-teman sebagai orang tua yang lebih tahu.
Pada prinsipnya relasi yang positif diatas akan memudahkan orang tua dalam mengontrol dan mengawasi anak, jangan lupa untuk membekali anak kita dengan ilmu kearifan Agama. Ilmu ini akan membantu anak untuk mengingat mana yang baik dan buruk, terutama jika sewaktu-waktu anak mempunyai masalah yang di luar jangkauan kita, maka si anak akan tahu kemana mereka harus mencari kebenaran yang hakiki.
Demikianlah beberapa tips untuk membina relasi positif antara orang tua dan anak. Kemampuan anak untuk melakukan relasi positif terhadap guru, teman sekolah, teman di universitas, teman di dunia kerja sampai masa tuanya akan bergantung disini, Jika relasi positif orang tua dan anak ini luput dari kita sebagai bapak atau ibunya, maka anak akan mencari solusinya di jalanan yang bisa diibaratkan seperti hutan belantara kehidupan. Jika belum terlambat maka cepatlah perbaiki relasi positif kita dengan anak saat ini juga.
Pada tulisan selanjutnya kita akan membahas :
- Relasi Positif Guru Pendidikan Formal dan Anak
- Relasi Positif Guru Pendidikan Non Formal dan Anak
- Relasi Positif Anak dan lingkungan sekitarnya
- Relasi Positif Orang Tua dengan Guru Pendidikan Formal, Non Formal dan lingkungan sekitarnya.
Bagi teman-teman yang ingin memberi masukan, jangan ragu untuk menuliskan di kolom komentar. Bagi yang ingin bertanya juga boleh dan apabila permasalahan yang sedang dihadapi tidak ingin dipublikasikan bisa mengirimkan pertanyaan ke email kami di senopatieducationcenter@gmail.com
Best regard
Comments
oktora
Ditunggu lanjutannya, o iya sekalian cicil lagi persiapan Ujian Nasional untuk SD, SMP dan SMA nya dong