Indonesia Merdeka! – Apakah Anda sudah berbahasa Indonesia dengan benar?
Merdeka!
Kemerdekaan suatu bangsa tentunya adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada edisi kali ini, bersamaan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, penulis akan berbagi kata-kata atau kalimat rancu bahkan salah dalam kaidah Bahasa Indonesia.
Mengapa hal ini sangat penting menurut penulis? Bukankah lebih keren belajar Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, Bahasa Rusia dan lainnya? Jawaban yang paling sederhana adalah :
Negara besar adalah negara yang menghargai dan bangga dengan Bahasa Nasional nya.
Senopati Center
Mari kita satukan logika. Negara besar yang ada di dunia ini adalah negara yang bangga dengan bahasa nasionalnya. Perancis adalah negara besar yang ada di benua eropa, mereka tetap mempertahankan dan bangga dengan bahasa nasionalnya, demikian juga dengan Rusia dan Jerman. Di Asia, negara Cina dengan bangga menjadikan HSK (seperti TOEFL dalam Bahasa Inggris) sebagai syarat orang asing sekolah atau bekerja di negaranya, demikian juga dengan Jepang. Di Timur Tengah, Arab Saudi bangga dengan bahasa nasional yang mereka miliki. Bahasa merupakan identitas suatu bangsa, jika kita ingin disegani dalam dunia internasional, maka banggalah menggunakan Bahasa Indonesia dikehidupan sehari-hari, contohnya jika Anda adalah pengusaha yang sedang bernegosiasi dengan pengusaha asing, walaupun bahasa umum yang digunakan dalam negosiasi itu adalah bahasa inggris (misalnya), jangan lupa untuk memperkenalkan arti-arti tertentu dalam Bahasa Indonesia dan tentunya dengan budaya-budaya yang berhubungan dengan topik negosiasi. Hal ini pernah penulis alami dalam negosiasi dengan pengusaha dari Arab Saudi. Walaupun negosiasi berlangsung dalam Bahasa Inggris, pengusaha tersebut tetap dengan bangga memperkenalkan bahasa nasionalnya, bahkan budaya di negaranya dalam negosiasi. Penulis merasakan betapa bangganya dia dengan negaranya. Mari kita berhitung, jika ada 5 juta saja pengusaha ataupun pekerja di Indonesia yang melakukan hal seperti pengusaha Arab Saudi tersebut, maka Bahasa Indonesia akan dikenal oleh 5 juta jiwa dari berbagai negara, bukan hanya itu, dari 5 juta jiwa itu, jika mereka tertarik dan menceritakan pengalaman mereka ke 1 relasi kerja mereka, maka Bahasa Indonesia akan dikenal oleh 10 juta jiwa dan seterusnya, luar biasa bukan? Apalagi di era Media Sosial saat ini, ketika mantan presiden Amerika Serikat mengucapkan sepatah kata dalam Bahasa Indonesia pada pidatonya, maka secara otomatis Bahasa Indonesia akan dikenal ke berbagai belahan dunia. Maka dari itu, mari kita luruskan logika bersama, sudah saatnya Bangsa Indonesia yang berpenduduk kurang lebih 250 juta jiwa bangga dengan Bahasa Nasionalnya. Kebanggaan adalah fondasi utama dalam memperkenalkan Bahasa Indonesia ke dunia internasional.
Tentunya untuk bangga memiliki Bahasa Indonesia, kita harus yakin dan memperhatikan mana penggunaan kata maupun kalimat yang salah dan mana penggunaanya yang benar. Penulis yakin tidak semua pembaca yang mengetahui akan hal ini, bahkan penulis sering mendapatkan pertanyaan, baik dari murid negara lain, murid berkebangsaan Indonesia, orang tua murid, relasi kerja, kerabat dan lainnya melalui WhatsApp, Instagram, Facebook dan Website ini.
Langsung saja kita mulai dari 5 contoh frase yang sering salah penggunaannya:
- tidak semena-mena atau semena-mena?
Dalam keseharian sering kita dengar perkataanatau frase: perbuatan yang semena-mena atau perbuatan yang tidak semena-mena. Kata semena-mena berasal dari bentuk dasar mena yang berasal dari bahasa Sansekerta manas berarti sebab. Tidak semena-mena berarti tanpa sebab. Maka jika kita rangkai contoh kalimatnya menjadi Memukuli seseorang yang tidak bersalah adalah perbuatan yang tidak semena-mena. Artinya memukul seorang tanpa sebab atau perbuatan yang melanggar hak asasi seseorang, dengan kata lain dia tidak bersalah, tetapi dia dipukul.
Maka dari pernyataan diatas, kalimat yang tidak benar adalah : Memukuli seseorang yang tidak bersalah adalah perbuatan yang semena-mena. Kalimat yang benar adalah : Memukuli seseorang yang tidak bersalah adalah perbuatan yang tidak semena-mena.
- Sebaik-baiknya atau sebaik mungkin?
Kata diatas hampir sering digunakan dalam bahasa sehari-hari maupun di acara resmi, tapi tahukah kita mana yang paling tepat?
Bentuk asli Bahasa Indonesia yang baku adalah sebaik-baiknya. Lalu dari mana datangnya sebaik mungkin? Bentuk sebaik mungkin timbul karena pengaruh bahasa Belanda zoe goed mogelijk , jika diterjemahkan kata mogelijk-nya adalah mungkin . Demikian juga halnya dengan sebesar mungkin dan sedapat mungkin. Hal ini bukan bahasa asing sebagai serapan seperti halnya kursi yang aslinya adalah bahasa Arab. Tapi merupakan kata yang bersaing dengan bentuk asli Indonesia.
- Waktu dan tempat kami persilahkan ?
Sekarang sampailah kita kepada acara berikutnya, yaitu kata sambutan dari Ketua Panitia. Waktu dan tempat kami persilahkan!
Kalimat atau frase diatas salah, karena jika kita amati dengan seksama isinya tidak sesuai dengan logika. “Dapatkah waktu dan tempat dipersilahkan? Jawabannya tentu saja tidak dapat karena yang dipersilahkan adalah Ketua Panitia sebagai orang yang memberikan kata sambutan tersebut. Lalu bagaimana kata yang tepat? Seharus kita menggunakan kata atau kalimat seperti : Dengan hormat, Bapak kami persilahkan: atau Bapak (nama ketua panitia) kami persilahkan!
Sebagai tambahan bahwa kata dipersilahkan memiliki bentuk dasar sila, bukan silah, maka tanpa h : mempersilakan, dipersilakan atau silakan duduk.
- Kemarin lusa?
Untuk menyatakan waktu dua hari yang lalu , sering sekali kita dengar atau baca penggunaan kemarin lusa. Penggunaan ini tidak tepat, seharusnya hari sebelum hari ini kita sebut kemarin dan hari sebelum kemarin kita sebut kemarin dulu, bukan kemarin lusa. Banyak orang mungkin berasumsi pada kata besok dan lusa. Besok adalah hari sesudah hari ini dan lusa adalah hari sesudah besok itu. Jelas ini adalah sebuah analogi yang salah.
Dalam kaidah Bahasa Indonesia ada nama hari untuk sesudah lusa yang jarang diketahui orang banyak yaitu tulat dan hari sesudah tulat adalah tubin. Jadi secara garis besar, urutannya adalah sebagai berikut:
Kemarin dulu —-kemarin—–hari ini—–besok—–lusa—–tulat——tubin (lamanya 7 hari).
- jangan boleh?
Biasanya sering kita jumpai pada penggalan kalimat atau frase: Anak itu jangan boleh pergi. Benarkah penggunaan frase ini? Ungkapan jangan boleh merupakan ungkapan yang aneh atau rancu. Frase yang benar seharusnya adalah : jangan biarkan dia pergi atau dia tidak boleh pergi.
Demikian 5 frase yang sering salah dalam Bahasa Indonesia, tentunya seperti yang telah penulis sampaikan di awal tulisan ini bahwa kita harus bangga memiliki Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita. Dengan rasa bangga maka kita akan menjadi sebuah negara besar dan untuk bangga berbahasa Indonesia, kita harus mempelajari kembali serta membudayakannya dalam kehidupan sehari-hari. Cara yang paling sederhana dalam belajar bahasa ibu kita ini adalah dengan meluruskan penggunaan dan makna yang salah atau keliru.
Akhir kata, jika ada kesalahan dan penggunaan kata yang salah dalam tulisan ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Masukan dan saran tentunya sangat dibutuhkan oleh penulis di kolom komentar. Pada tulisan berikutnya penulis akan mencoba menjabarkan tentang bagaimana pentingnya belajar bahasa ibu (dalam hal ini Bahasa Indonesia) untuk mempelajari Bahasa Asing.
Sekali Merdeka tetap Merdeka!
Sumber Inspirasi:
- Berbagai pengalaman pribadi dan apa yang diamati penulis sehari-hari.
- Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Percetakan PT Gramedia, Jakarta 2006.
- Yus Badudu, Bahasa Indonesia (Anda bertanya?Inilah jawabannya), CV Pustaka Prima Bandung 1984.
Comments